Contoh Teks Drama Anak Smp Persahabatan 6 Orang 3 Cowok 3 Cewek
Contoh Teks Drama Anak SMP Persahabatan 6 Orang 3 Cowok 3 Cewek
Contoh Teks Drama Anak SMP Persahabatan 6 Orang 3 Cowok 3 Cewek
Drama adalah salah satu bentuk karya sastra yang ditulis untuk dipentaskan oleh para aktor dan aktris. Drama biasanya mengandung dialog, adegan, dan konflik yang menarik. Drama juga dapat menjadi media untuk menyampaikan pesan moral, sosial, atau budaya kepada penonton. Berikut adalah contoh teks drama anak SMP yang bertema persahabatan antara 6 orang, 3 cowok dan 3 cewek.
Judul: Sahabat Sejati
Tokoh:
Aji: cowok kelas 9 yang pintar, rajin, dan baik hati. Dia adalah ketua OSIS dan idola di sekolahnya.
Bella: cewek kelas 9 yang cantik, ceria, dan populer. Dia adalah ketua cheerleader dan sahabat Aji sejak kecil.
Candra: cowok kelas 9 yang ganteng, kaya, dan sombong. Dia adalah anak dari pemilik sekolah dan suka mengejar Bella.
Dina: cewek kelas 9 yang manis, pintar, dan pendiam. Dia adalah adik kelas Aji dan suka diam-diam pada Aji.
Eko: cowok kelas 9 yang lucu, cerdas, dan humoris. Dia adalah sahabat Aji dan Dina sejak SD.
Fina: cewek kelas 9 yang tomboy, berani, dan setia. Dia adalah sahabat Bella dan Candra sejak SMP.
Latar:
Sekolah SMP Negeri 1 Jakarta pada hari Senin pagi.
Download: https://tinourl.com/2w3xuv
Adegan:
Aji, Bella, Eko, dan Fina sedang berkumpul di lapangan sekolah sebelum upacara bendera dimulai.
Aji:
Halo, teman-teman. Apa kabar? Semangat hari Senin ya!
Bella:
Hai, Aji. Kabar baik. Kamu juga semangat ya! Kamu kan harus memimpin upacara hari ini.
Eko:
Halo, Aji. Kabar baik juga. Kamu jangan tegang ya! Kamu pasti bisa kok!
Fina:
Hai, Aji. Kabar baik juga. Kamu jangan khawatir ya! Kami semua mendukung kamu!
Aji:
Makasih, teman-teman. Aku senang punya sahabat seperti kalian. Kalian semua adalah sahabat sejati ku.
Tiba-tiba Candra datang dengan sombong dan menyela percakapan mereka.
Candra:
Bella, Eko, Fina, dan Aji menoleh ke arah Candra dengan wajah kesal.
Bella:
Tentu saja tidak. Kami sedang membicarakan tentang persahabatan kami yang erat. Sesuatu yang kamu tidak akan pernah mengerti.
Candra:
Oh, persahabatan? Itu hal yang remeh-temeh. Yang penting adalah uang dan kekuasaan. Seperti aku, anak dari pemilik sekolah ini. Aku bisa melakukan apa saja yang aku mau.
Eko:
Ya, ya, ya. Kami sudah tahu kamu anak orang kaya. Tapi itu tidak membuat kamu lebih baik dari kami. Kamu itu sombong, egois, dan tidak punya hati.
Candra:
Hati? Untuk apa hati? Yang penting adalah otak dan tangan. Seperti aku, yang pintar dan pandai berbisnis. Aku bisa menghasilkan uang lebih banyak dari kalian semua.
Fina:
Ya, ya, ya. Kami sudah tahu kamu pintar dan pandai berbisnis. Tapi itu tidak membuat kamu lebih bahagia dari kami. Kamu itu kesepian, bosan, dan tidak punya teman.
Candra:
Teman? Untuk apa teman? Yang penting adalah diri sendiri dan keluarga. Seperti aku, yang selalu mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuaku.
Aji:
Candra merasa tersinggung dengan ucapan Aji. Dia merasa Aji adalah saingannya yang harus dikalahkan. Dia pun mencoba menantang Aji dengan cara yang tidak jujur.
Candra:
Oh, begitu? Kalau begitu, ayo kita buktikan siapa yang lebih berharga di antara kita. Aku tantang kamu untuk berkompetisi dengan aku dalam hal apapun yang kamu mau.
Aji:
Aku tidak tertarik untuk berkompetisi dengan kamu. Aku tidak suka bersaing dengan orang yang tidak sportif dan tidak fair play.
Candra:
Hah, apa kamu takut kalah dengan aku? Apa kamu tidak percaya diri dengan kemampuanmu? Apa kamu tidak punya nyali untuk menghadapi aku?
Aji:
Bukan begitu. Aku hanya tidak mau membuang-buang waktu dan energi untuk hal yang tidak penting. Aku lebih suka fokus pada prestasi dan kontribusiku untuk sekolah ini.
Candra:
Ya, ya, ya. Alasanmu itu hanya kedok untuk menutupi ketakutanmu. Kamu itu pengecut, lemah, dan tidak berani mengambil risiko.
Candra terus menerus menghina dan mengejek Aji. Aji mulai merasa kesal dan marah. Dia pun akhirnya menyanggupi tantangan Candra.
Aji:
Baiklah, kalau begitu aku terima tantanganmu. Aku akan berkompetisi dengan kamu dalam hal apapun yang kamu mau. Tapi ingat, kita harus bermain jujur dan adil. Tidak ada kecurangan atau manipulasi.
Candra:
Setelah ujian nasional selesai, Aji dan Candra menunggu dengan sabar dan tegang hasilnya. Mereka berharap bahwa mereka bisa mendapatkan nilai yang memuaskan dan sesuai dengan usaha mereka. Mereka juga berharap bahwa mereka bisa menunjukkan kepada satu sama lain siapa yang lebih unggul di antara mereka.
Beberapa minggu kemudian, hasil ujian nasional diumumkan. Aji dan Candra segera melihat nilai mereka di papan pengumuman. Mereka terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Nilai mereka ternyata sama persis. Mereka mendapatkan nilai 100 untuk semua mata pelajaran.
Aji dan Candra saling pandang dengan bingung dan heran. Mereka tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi. Mereka merasa bahwa ada yang aneh dan tidak wajar dengan hasil ujian mereka. Mereka pun memutuskan untuk menemui kepala sekolah untuk meminta penjelasan.
Kepala sekolah menyambut Aji dan Candra dengan senyum lebar. Dia mengucapkan selamat kepada mereka atas prestasi mereka yang luar biasa. Dia juga memberitahu mereka bahwa mereka adalah siswa-siswa terbaik di sekolah ini dan di seluruh Indonesia.
Aji dan Candra merasa bingung dan curiga dengan ucapan kepala sekolah. Mereka bertanya kepada kepala sekolah apakah ada kesalahan atau kecurangan dalam ujian nasional. Mereka juga bertanya apakah ada orang lain yang terlibat dalam hal ini.
Aji dan Candra terkejut dan marah dengan pengakuan kepala sekolah. Mereka merasa bahwa mereka telah ditipu dan dihina oleh kepala sekolah. Mereka juga merasa bahwa mereka telah menghancurkan reputasi dan integritas sekolah ini.
Aji:
Kenapa kamu melakukan ini, Pak? Apa motif dan tujuan kamu?
Candra:
Bagaimana kamu bisa melakukan ini, Pak? Apa hak dan kewenangan kamu?
Kepala sekolah:
Aku melakukan ini demi kepentingan sekolah ini. Aku ingin sekolah ini menjadi yang terbaik di Indonesia. Aku ingin sekolah ini mendapat perhatian dan penghargaan dari pemerintah dan masyarakat.
Aji:
Tapi cara kamu salah, Pak. Kamu tidak bisa memanipulasi hasil ujian nasional. Kamu tidak bisa mengorbankan hak dan prestasi siswa-siswa. Kamu tidak bisa mengabaikan etika dan moral.
Candra:
Tapi dampak kamu buruk, Pak. Kamu sudah merusak citra dan kredibilitas sekolah ini. Kamu sudah mengecewakan guru-guru dan orang tua siswa-siswa. Kamu sudah melanggar hukum dan aturan.
Kepala sekolah:
Aku tidak peduli dengan semua itu. Yang penting adalah hasil akhirnya. Aku yakin bahwa dengan nilai 100 untuk semua mata pelajaran, sekolah ini akan menjadi yang nomor satu di Indonesia. Aku yakin bahwa dengan nilai 100 untuk semua mata pelajaran, kalian berdua akan menjadi yang paling dicari oleh universitas-universitas ternama.